Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) 2019:

Satu dari Tiga Orang dengan Diabetes Melitus berisiko Buta

  • Satu dari tiga orang dengan Diabetes Melitus, penyakitnya berkembang hingga tahap kerusakan mata terkait Diabetes Melitus atau Retinopati1.
  • Bayer mendukung Persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) dan Perkumpulan Ahli Vitreoretina (INAVRS) dalam melakukan informasi dan edukasi kepada Dokter Mata Umum dan Retina untuk diagnosa Diabetik Makular Edema (DME) sedini mungkin.
  • Terapi dengan anti-VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) terbaru akan membantu mengurangi gangguan penglihatan serta kebutaan pada pasien DME dan meningkatkan hasil terapi pada pasien DME usia produktif dan usia lanjut.

Jakarta 10 Oktober 2019, World Sight Day (WSD) – yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober - merupakan momen penting untuk meningkatkan pengetahuan orang di seluruh dunia terkait pentingnya kesehatan organ penglihatan serta penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan.

 

Salah satu penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan adalah penyakit Diabetes Melitus. Penyakitnya dinamakan Diabetik Retinopati (DR). Penyakit ini merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular diabetes melitus dengan angka prevalensi yang cukup tinggi. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, diperkirakan prevalensi retinopati diabetik sebesar 42,6%. Setidaknya akan ditemukan 24.600 orang dengan retinopati diabetik dan sekitar 10% dari jumlah tersebut mengalami kebutaan. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 dengan estimasi 98.400 orang menderita diabetes dan sekitar 11.000 orang di antaranya mengalami kebutaan. Mengingat sebagian besar kebutaan akibat diabetik retinopati merupakan kondisi yang permanen dan tidak dapat diobati, maka pencegahan dan pengobatan menjadi hal yang penting2.

 

DR yang semakin berkembang akan mengakibatkan Diabetik Makular Edema (DME). Pada orang yang menderita DME, maka kualitas penglihatan akan semakin menurun seperti adanya titik hitam, buram dan melihat garis bergelombang. DME yang tidak segera diobati sejak dini ditambah dengan tidak terkendalinya kadar gula darah akan mempercepat proses terjadinya kebutaan.

 

DME terjadi ketika kebocoran cairan ke pusat makula, bagian peka cahaya dari retina yang bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan langsung. Cairan di makula bisa menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah atau kebutaan.

 

Dalam suatu penelitian terhadap 1.184 orang berusia lebih dari 30 tahun dengan Diabetes Melitus tipe 2 yang tinggal di daerah urban dan pedesaan Yogyakarta, Jawa Tengah menunjukkan prevelensi DR yang tinggi dan DR yang mengancam penglihatan (VTDR - Vision-Threatening Diabetic Retinopathy). Sekitar 1 dari 4 orang dewasa menderita VTDR dan 1 dari 12 orang dengan VTDR akan mengalami kebutaan3.

 

Pada pasien Diabetes Melitus menahun, perubahan tingkat gula darah dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di dalam retina dan dapat menyebabkan komplikasi yang memiliki konsekuensi parah dalam hal morbiditas (angka kesakitan)4,5. Untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas penglihatan, maka sangat penting bagi pasien DME untuk segera diberikan pengobatan yang tepat agar penglihatannya dapat dipertahankan. Tanpa pengobatan, dengan menggunakan pemeriksaan ketajaman mata (ETDRS), pasien DME dapat kehilangan 2 baris dari penglihatannya dalam waktu 2 tahun pertama6. Dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat, kemungkinan pasien kehilangan penglihatan dapat diminimalkan dan bahkan dipulihkan, sehingga memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan kualitas hidupnya kembali6,7.

 

Ketua Perkumpulan Ahli Vitreoretina / Indonesian Vitreoretinal Society (INAVRS), Prof. dr. Arief S Kartasasmita, SpM (K), M.Kes, MM, PhD mengatakan,” Penting bagi pasien Diabetes Melitus, terutama yang mengidap Diabetes Melitus lebih dari lima tahun untuk memeriksakan retinanya. Penyebab utama retinopati adalah kombinasi dari tingginya tingkat tekanan darah, gula darah dan kolesterol. Komplikasi umum Diabetik Retinopati adalah Diabetik Makular Edema, biasa dikenal sebagai DME4. Risiko berkembangnya DME terkait erat dengan seberapa lama pasien telah hidup dengan Diabetes Melitus dan tingkat keparahan dari Diabetik Retinopati1,3. DME dan DR adalah komplikasi pembuluh darah kecil yang umum pada orang dengan Diabetes Melitus.” Ia juga menambahkan bahwa pemeriksaan skrining mata reguler oleh Dokter Mata Spesialis Retina merupakan bagian penting dalam perawatan pasien Diabetes Melitus. Pemeriksaan retina mata pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 sebaiknya dilakukan dalam waktu 5 tahun setelah terdiagnosa. Untuk penderita Diabetes Melitus tipe 2 harus sesegera mungkin setelah ia terdiagnosa Diabetes Melitus. Pemeriksaan retina mata ini harus diulang setiap 1 – 2 tahun sekali atau sesuai dengan rekomendasi Dokter Mata Spesialis Retina. Pemeriksaan ini mudah dan tidak sakit. Prosedurnya berbeda dengan pemeriksaan mata biasa. Dokter Mata akan menggunakan alat khusus untuk melihat retina. Biasanya akan diberikan obat tetes untuk melebarkan pupil mata, sehingga bagian retina mata lebih mudah dilihat”.

 

Prof. Arief lanjut mengatakan, “Penting sekali untuk terus melakukan edukasi berkelanjutan untuk Dokter Mata Umum dan Retina untuk mendiagnosa DME lebih dini”.

 

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sudah dilakukan skrining secara aktif dengan meletakkan alat skrining foto fundus pada poli penyakit dalam. Di masa depan, PERDAMI berharap bisa lebih aktif lagi melakukan skrining terutama pada Rumah Sakit layanan sekunder dan tersier, serta di Rumah Sakit khusus mata.

 

Ada dua tujuan pengobatan untuk pasien DME yaitu stabilitas penglihatan dengan cara mencegah memburuknya retina, mencegah memburuknya edema, memperbaiki hyper-reflective foci. Tujuan lainnya adalah terapi pemulihan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan koreksi ketajaman visual atau Best Corrected Visual Acuity (BCVA) dan memperbaiki edema. Saat ini ada pengobatan terbaru dengan terapi anti-VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) yaitu Aflibercept yang membantu mengurangi gangguan penglihatan serta kebutaan pada pasien dan membantu meningkatkan hasil terapi pada pasien usia produktif dan usia lanjut. VEGF adalah faktor pertumbuhan pembuluh darah. Ketika disuntikkan ke mata, obat ini menghambat VEGF sehingga pembentukan pembuluh darah baru bisa dicegah dan pembengkakan dapat dikurangi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi anti-VEGF lebih efektif dalam memperbaiki koreksi ketajaman penglihatan mata dibandingkan laser atau pengobaan steroid pada DME. Semakin dini mendapatkan pengobatan, maka penglihatan pasien DME dapat terselamatkan.

 

DME merupakan salah satu sebab tersering dari masalah gangguan penglihatan berat pada populasi usia kerja6, karena mayoritas orang di bawah usia 50 tahun masih bekerja sehingga gangguan penglihatan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas dan pendapatan4. Kerusakan penglihatan terkait dengan DME dapat menyebabkan kesulitan melakukan tugas dan peran sehari-hari, penurunan kualitas hidup dan depresi8,9. Di samping itu pasien dengan DME mengeluarkan biaya tahunan sekitar dua kali lipat lebih besar daripada pasien yang hanya mengidap Diabetes Melitus saja10. Kerusakan visual bukan hanya berdampak pada individu, namun juga berdampak pada beban sosial dan keuangan keluarga, komunitas dan negara4.

 

Menurut International Diabetes Mellitus Federation (IDF) Atlas 2017: epidemi Diabetes Melitus di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia adalah negara peringkat ke-enam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penderita Diabetes Melitus usia 20 – 79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes Melitus yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9 % di tahun 2013 menjadi 8,5 % di tahun 2018; sehingga estimasi jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 22 juta orang.

 

Diproyeksikan biaya perawatan kesehatan terkait DR di Indonesia di tahun 2025 akan mencapai USD 8,9 miliar atau 3 kali lipat dibandingkan biaya yang telah dikeluarkan di tahun 2017 (USD 2,4 miliar)11. Untuk itulah, penting bagi pasien DM untuk dilakukan skrining dan pemeriksaan retina secara berkala sehingga dapat mengetahui adanya DR dan DME beserta progresifitasnya, dan mengetahui kapan seorang pasien memerlukan untuk mulai menjalani terapi.


--SELESAI--


Referensi:
1. http://atlas.iapb.org/vision-trends/diabetic-retinopathy/
2. http://www.yankes.kemkes.go.id/read-retinopati-diabetik-pergeseran-paradigma-kebutaan-pada-era-milenial-5984.html
3. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002939417302714?via%3Dihub
4. IDF. Diabetes Melitus Atlas. Sixth Edition. 2013, http://www.idf.org/Diabetes Melitusatlas/download-book.
5. Prevalence of lower extremity diseases associated with normal glucose levels, impaired fasting glucose, and Diabetes Melitus among U.S. adults aged 40 or older. Diabetes Melitus Res Clin Pract. 2007;77:485-488
6. Ciulla, T.A. et al. Diabetic retinopathy and diabetic macular edema: pathophysiology, skrining, and novel therapies. Diabetes Melitus Care 2003;26:2653-64.
7. Boyer, D. et al. Anti-vascular Endothelial Growth Factor Therapy for Diabetic Macular Edema. Ther Adv in Endo and Metab. 2013;4(6):151-169.
8. Davidson, J.A. et al. How the diabetic eye loses vision. Endocrine.2007;32(1):107-116.
9. De Groot, M. et al. Association of depression and Diabetes Melitus complications: a meta-analysis.Psychosom Med. 2001; 63(4):619-630.
10. Vision for the future. Parliament magazine. 2011;320:22.
11. https://www.researchgate.net/publication/334312053_The_estimated_healthcare_cost_of_diabetic_retinopathy_in_Indonesia_and_its_projection_for_2025


 

Tentang Aflibercept / anti – VEGF

Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) adalah protein alami di dalam tubuh. Fungsi VEGF dalam organisme yang sehat adalah memicu pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) yang mendukung pertumbuhan jaringan dan organ tubuh. Hal ini juga terkait dengan pertumbuhan pembuluh darah baru yang tidak normal di organ mata sehingga terjadi peningkatan permeabilitas abnormal yang mengarah ke edema (pembengkakan).

 

Aflibercept adalah cairan injeksi protein fusi rekombinan, yang terdiri dari bagian reseptor VEGF manusia 1 dan 2 domain ekstraseluler yang menyatu dengan bagian Fc IgG1 manusia dan diformulasikan sebagai solusi iso-osmotik untuk administrasi intravitreal.

 

Aflibercept bertindak sebagai reseptor umpan yang larut yang mengikat VEGF-A dan Faktor Pertumbuhan Plasenta (PGF). Dengan demikian dapat menghambat pengikatan dan aktivasi reseptor VEGF sejenis.

 

Aflibercept telah dipasarkan di sekitar 100 negara untuk lima indikasi untuk mengobati pasien dengan wAMD dan pasien dengan gangguan penglihatan karena: edema makula setelah oklusi vena retina (RVO; RVO di pembuluh darah utama atau cabang) dan edema makula diabetik (DME). Aflibercept juga telah disetujui untuk pengobatan neovaskularisasi koroid miopia. Sekitar 28 juta botol Aflibercept telah terjual sejak diluncurkan di seluruh dunia dan memiliki hasil positif pada sekitar 3,6 juta pasien.

 

Bayer dan Regeneron Pharmaceuticals, Inc. bekerja sama dalam pengembangan global untuk Aflibercept. Regeneron memiliki hak eksklusif untuk Aflibercept di Amerika Serikat. Bayer telah mematenkan hak pemasaran eksklusif di luar Amerika Serikat, di mana perusahaan berbagi keuntungan yang sama dari penjualan Aflibercept, kecuali Jepang dimana Regeneron menerima persentase dari penjualan bersih.

 

Bayer: Science For A Better Life

Bayer adalah perusahaan global dengan kompetensi di bidang Life Science terkait kesehatan dan pertanian. Produk serta layanan Bayer dirancang untuk memberikan manfaat dan menjawab tantangan utama yang muncul akibat populasi dunia yang terus bertambah dan menua. Group Bayer bertujuan untuk menciptakan nilai melalui inovasi, pertumbuhan dan daya penghasilan tinggi. Sebagai korporasi, Bayer memegang teguh prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan, dan brand Bayer merupakan perwujudan dari kepercayaan, reliabilitas, dan kualitas di seluruh dunia. Pada tahun fiskal 2018, Bayer mempekerjakan 117.000 orang dengan penjualan senilai Euro 39.6 miliar. Belanja modal sebesar Euro 2,6 miliar dengan biaya R&D senilai Euro 5,2 miliar. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi www.bayer.com atau www.bayer.co.id.

 

Kontak untuk Media:
Laksmi Prasvita
Head of Communications, Public Affairs & Sustainability

 

Sri Libri Kusnianti
Communications, Public Affairs & Sustainability
Telepon : +62 21 30491111
E-Mail : sri.libri@bayer.com

 

Informasi lebih lanjut kunjungi : www.bayer.co.id atau www.bayer.com
Kunjungi Facebook kami : www.facebook.com/bayerindonesia


PP-EYL-ID-0036-1