Fibrilasi Atrium

A man and a boy looking at a tablet computer.

FA merupakan kelainan irama jantung yang berupa detak jantung tidak teratur yang sering dijumpai di populasi dunia termasuk di Indonesia. Penderita FA memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan orang tanpa FA1.

FA merupakan kelainan irama jantung yang berupa detak jantung tidak teratur yang sering dijumpai di populasi dunia termasuk di Indonesia. Penderita FA memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan orang tanpa FA1.


FA menyebabkan pembentukan bekuan darah di jantung yang bila terlepas ke sistem peredaran darah dapat memicu stroke. Stroke sering kali meninggalkan kelumpuhan atau kecacatan yang signifikan, terutama pada kasus yang terkait dengan FA.
 
Jumlah pasien stroke juga bertambah pesat di Indonesia. 10,9 per 1.000 orang di Indonesia menderita stroke di tahun 20182. Pada 37% pasien FA dengan usia kurang dari 75 tahun, stroke iskemik menjadi gejala awal yang sering terjadi3.
 

Indonesia akan menghadapi peningkatan populasi usia lanjut yaitu dari 7,74% (tahun 2000) menjadi 28,68% di tahun 20504, maka angka kejadian FA juga akan meningkat secara signifikan. Hal ini terjadi karena prevalensi FA meningkat menurut usia5-7 dan FA lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan perempuan5-6.


Hasil studi XANAP (Rivaroxaban untuk Pencegahan Stroke bagi Pasien dengan Fibrilasi Atrium di Asia / Rivaroxaban for Prevention of Stroke in Patients with Atrial Fibrillation in Asia) yang dipublikasikan di the Journal of Arrhythmia (publikasi resmi Perkumpulan Heart Rhythm Asia Pasifik dan Jepang) memberikan kabar baik bagi pasien FA di Indonesia.
 

Studi XANAP melibatkan 2.273 pasien di 10 negara Asia – termasuk 126 pasien dari Indonesia – merupakan studi pertama dan terbesar di Asia yang meneliti penggunaan anti koagulan oral antagonis non vitamin K (NOAC) Rivaroxaban pada populasi pasien yang besar dengan gangguan irama jantung non-valvular fibrilasi atrium. Realworld data menunjukkan rendahnya tingkat perdarahan (1,5% per tahun) dan rendahnya tingkat kejadian stroke (hanya 1,7% per tahun) pada pasien FA yang diterapi dengan Rivaroxaban. Studi ini mengkonfirmasi bahwa Rivaroxaban memiliki tingkat keamanan dan efikasi yang kuat pada pasien di Asia8.
 

Referensi :
1.    https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0168010
2.    RISKESDAS 2018
3.    Jaakkola J, Mustonen P, Kiviniemi T, Hartikainen JE, Palomaki A, Hatikainen P, Nuotio I, Yliatalo A dan Airaksinen KE. Stroke as The First Manifestation of Atrial Fibrillation. PloS One. 2016;11:e0168010
4.    Gambaran kesehatan usia lanjut di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2013
5.    Go et al. JAMA 2001;
6.    Heeringa et al. Eur Heart J 2006
7.    Benjamin et al. JAMA 1994
8.    YH Kim, J Shim, CT Tsai, et al. XANAP: A Real‐world, Prospective, Observational Study of Patients Treated with Rivaroxaban® for Stroke Prevention in Atrial Fibrillation in Asia. Journal of Arrhythmia 2018; 01-10.  https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.102/joa3.12073
 

Saran untuk pasien : Tubuh manusia bereaksi berbeda terhadap obat - obatan. Karena itu, tidak mungkin merekomendasikan obat mana yang paling cocok untuk Anda. Silakan berkonsultasi dengan Dokter Anda.

 

COR-GEN-ID-0005-1